Pedang Itu Menghapus Luka Ratu, Tapi Juga Menghapus Kehidupannya
Di tengah hamparan sawah yang menghijau, di bawah langit jingga senja kala, Xiulan merasa ada yang berdenyut di hatinya. Bukan sakit, lebih tepatnya…ingatan. Ingatan yang bukan miliknya. Ia hanya seorang gadis desa biasa, hidup sederhana dengan mimpi sederhana. Tapi, bayangan itu… semakin lama semakin jelas.
Ia melihat dirinya. Bukan Xiulan si gadis desa, melainkan seorang ratu. Ratu Lian, penguasa Kerajaan Bulan Purnama. Berpakaian sutra seputih salju, dengan mahkota bertatahkan permata yang memancarkan cahaya redup, Ratu Lian berdiri tegar di tengah badai pengkhianatan.
Ingatan itu datang sepotong demi sepotong. Percakapan rahasia di taman terlarang, tatapan penuh dusta dari orang-orang terdekat, dan akhirnya… pedang yang menembus dadanya. Pedang perak dengan ukiran naga, dihunus oleh… Seseorang yang seharusnya menjadi pelindungnya.
Xiulan tersentak bangun. Keringat dingin membasahi tubuhnya. Mimpi itu… terlalu nyata. Terlalu menyakitkan.
Bertahun-tahun berlalu. Xiulan tumbuh menjadi wanita yang cantik dan cerdas. Ia meninggalkan desa dan merantau ke kota, bekerja sebagai juru tulis di sebuah perusahaan dagang. Di sana, ia bertemu dengan banyak orang. Beberapa baik, beberapa licik. Tapi ada satu yang menarik perhatiannya.
Namanya Pangeran Wei.
Ia tampan, karismatik, dan SANGAT familier. Cara ia tersenyum, cara ia berbicara… mengingatkan Xiulan pada seseorang dari mimpinya. Ingatan itu kembali menghantamnya dengan keras. Pangeran Wei… dialah orangnya. Ia adalah jenderal kepercayaannya di kehidupan sebelumnya, orang yang menikamnya dengan pedang naga.
Dendam? Tentu saja ada. Tapi Xiulan bukan lagi Ratu Lian yang haus kekuasaan. Ia adalah Xiulan, gadis desa yang ingin hidup tenang. Namun, melihat Pangeran Wei berdiri di hadapannya, memamerkan senyum palsu itu… TERLALU.
Ia tahu ia tidak bisa membalas dendam dengan kekerasan. Ia tidak ingin mengotori tangannya dengan darah. Ia akan menggunakan otaknya. Ia akan menghancurkan Pangeran Wei dengan cara yang lebih elegan, lebih menyakitkan.
Dengan kecerdasan dan ketelitiannya, Xiulan berhasil mengungkap berbagai kecurangan yang dilakukan Pangeran Wei dalam bisnis. Bukti-bukti itu ia serahkan kepada pengadilan. Pangeran Wei, yang selama ini hidup dalam kemewahan dan kekuasaan, jatuh miskin dan tercemar namanya.
Xiulan tidak merasa puas. Ia tidak merasa lega. Ia hanya merasa… kosong. Dendam, ternyata, bukanlah obat untuk luka. Ia hanya racun yang menggerogoti jiwa.
Pada akhirnya, Xiulan memutuskan untuk meninggalkan kota. Ia kembali ke desanya, membeli sebidang tanah, dan mulai bertani. Ia ingin hidup damai, melupakan masa lalunya.
Suatu malam, saat menatap langit yang bertaburan bintang, Xiulan melihat sebuah bintang jatuh. Bintang itu jatuh tepat di atas rumahnya. Ia merasakan sebuah energi aneh mengalir ke dalam tubuhnya.
Ia tahu, ia tidak bisa lari dari takdir. Ia tahu, perjalanan ini belum berakhir.
"Seribu tahun lagi, Wei, kita akan bertemu lagi…"
You Might Also Like: Bikin Penasaran Cinta Yang Menyamar
Post a Comment