Cerpen Terbaru: Air Mata Yang Menjadi Akhir Garis Darah

Hujan gerimis menari di atap paviliun, seirama dengan isak tangis Li Wei yang pilu. Cahaya lentera temaram tak mampu menghapus bayangan masa lalu yang menghantuinya. Di hadapannya, Kaisar Xuan, pria yang dulu dipujanya, kini terbaring lemah di atas ranjang berukir naga emas. Napasnya tersengal, setiap tarikan bagai menghitung sisa waktu yang dimilikinya.

Dulu, Li Wei hanyalah selir rendahan, terjebak dalam intrik istana yang kejam. Kaisar Xuan, dengan senyumnya yang memabukkan dan janjinya yang manis, telah menariknya dari jurang keputusasaan. Ia berjanji akan melindunginya, menjadikannya satu-satunya ratu di hatinya. JANJI MANIS…KEBOHONGAN YANG MEMATIKAN.

Namun, kekuasaan memang merusak. Kaisar Xuan, yang dulu begitu memujanya, kini terobsesi dengan ambisi. Ia menggunakan Li Wei sebagai pion dalam permainan politiknya, mengorbankan kebahagiaannya demi stabilitas kerajaan. Cinta mereka layu, digantikan oleh kekecewaan dan luka yang menganga.

"Wei'er… maafkan aku," suara Kaisar Xuan serak. Ia mengulurkan tangannya yang gemetar, berusaha meraih wajah Li Wei.

Li Wei tidak bergeming. Matanya, yang dulu berbinar penuh cinta, kini hanya memancarkan kesedihan yang mendalam. Ia menatap Kaisar Xuan, bukan dengan amarah, melainkan dengan kepasrahan yang menyakitkan.

"Kau terlambat, Yang Mulia," bisiknya, suaranya nyaris tak terdengar di antara gemuruh hujan. "Semua kata maafmu… sia-sia."

Air mata mengalir di pipi Li Wei, setiap tetesnya bagai racun yang membakar. Ia tidak membenci Kaisar Xuan. Ia hanya menyesali cintanya yang BUTA. Ia menyesali kepercayaannya yang NAIF.

Kaisar Xuan menghembuskan napas terakhirnya, tangannya jatuh terkulai di atas ranjang. Matanya menatap langit-langit paviliun, seolah mencari jawaban atas dosa-dosanya.

Li Wei tetap berdiri di sana, menyaksikan sang kaisar menemui ajalnya. Tidak ada ratapan, tidak ada kesedihan yang berlebihan. Hanya ada kehampaan yang meliputi hatinya.

Beberapa hari kemudian, wasiat Kaisar Xuan dibacakan. Tak seorang pun menyangka, tahta kerajaan jatuh ke tangan cucu perempuan Kaisar Xuan, satu-satunya pewaris dari darah Li Wei yang dulu ia coba singkirkan. Bayi itu, yang dulu terancam mati di tangan para selir cemburu, kini berhak atas takhta. Li Wei, dengan senyum tipis yang misterius, hanya menatap langit yang mendung. Takdir memang terkadang lucu.

Di antara sisa-sisa cinta dan dendam yang membara, hanya keadilan yang terwujud, ataukah ini hanya sebuah awal dari siklus baru?

You Might Also Like: 0895403292432 Agen Kosmetik Bisnis

Post a Comment