Kau Lahir Dengan Luka di Dada, Bekas Tusukan Pedangku di Masa Lalu
Lorong istana itu sunyi. Sangat sunyi. Hanya gemerisik sutra hanfu yang menyeret lantai marmer dingin yang menemani langkah kaki lambat seorang pria. Wajahnya tertutup sebagian oleh topi bianmao hitam, namun aura yang terpancar darinya cukup untuk membuat para pelayan yang berpapasan membungkuk dalam-dalam, takut-takut. Ini bukan aura seorang penguasa, melainkan aura seorang hantu yang kembali dari kubur.
Kabut tebal menyelimuti Puncak Seribu Awan, menyembunyikan jurang curam di bawahnya. Di gubuk reyot yang berdiri di tepi tebing, seorang wanita duduk bersila, matanya terpejam. Usianya tak lagi muda, namun pancaran matanya tajam, seolah menyimpan SELURUH rahasia dunia. Dia menunggu.
Pria itu akhirnya tiba. Dia membuka pintu gubuk tanpa permisi. Aroma dupa cendana memenuhi udara.
"Guru," sapanya, suaranya berat. "Aku kembali."
Wanita itu membuka mata. "Xiao Feng. Sudah lama sekali. Kukira kau sudah mati, ditelan oleh sungai Waktu."
"Aku memang pernah mati, Guru. Di tanganmu." Xiao Feng maju selangkah, menatap wanita itu dengan intens. "Kau menusukku, lalu membuangku ke jurang. Mengapa?"
Wanita itu tersenyum tipis. Senyum yang tidak mencapai matanya. "Kau tahu jawabannya, Xiao Feng. Kekuatanmu terlalu besar. Aku tidak bisa membiarkanmu menjadi ancaman bagi rencanaku."
"Rencana? Rencana apa?" Suara Xiao Feng meninggi, amarah mulai membara di matanya.
Wanita itu bangkit, menatap Xiao Feng dengan tatapan dingin. "Rencana untuk mengambil kembali apa yang seharusnya menjadi milikku. Kekaisaran ini, Xiao Feng, seharusnya menjadi milikku. Dan kau, dengan kesetiaanmu yang bodoh kepada Kaisar, menghalangi jalanku."
Xiao Feng tertegun. Selama ini, dia mengira wanita di depannya ini adalah gurunya, orang yang telah menyelamatkannya dari jalanan, orang yang telah mengajarinya ilmu pedang. Tapi ternyata, dia adalah seorang pengkhianat.
"Lalu, luka di dada Putri Lian?" tanya Xiao Feng lirih. "Luka yang sama persis dengan bekas tusukan pedangku?"
Wanita itu tertawa pelan. "Kau pikir aku membiarkanmu membunuhnya, Xiao Feng? Tidak. Luka itu adalah pemberian dariku. Sebuah sandiwara untuk membuatmu merasa bersalah, untuk mengikatmu dalam jaring kebencian dan dendam. Dan kau, dengan bodohnya, mempercayainya."
Xiao Feng mundur selangkah. Semua kepingan puzzle tiba-tiba menyatu. Ingatan tentang malam itu, tentang pedang yang berlumuran darah, tentang wajah Putri Lian yang pucat pasi, semua itu... adalah kebohongan.
"Kau... kau menggunakan aku?"
Wanita itu tersenyum penuh kemenangan. "Kau adalah bidak yang sangat berguna, Xiao Feng. Tapi sekarang, bidak itu tidak lagi dibutuhkan." Dia mengangkat tangannya, dan dari balik kabut, muncullah sekelompok pembunuh berpakaian hitam.
Xiao Feng menghela napas. Dia telah dibodohi, dimanipulasi, dan dikhianati. Tapi jauh di lubuk hatinya, dia merasa lega. Kebenaran akhirnya terungkap.
"Aku memang lahir dengan luka di dada, bekas tusukan pedangmu di masa lalu," kata Xiao Feng pelan, menatap wanita itu dengan tatapan kosong. "Tapi kau lupa, luka itu pulalah yang membangunkanku. Dan luka itu pulalah yang membuatku menyadari...bahwa selama ini, AKU lah yang memegang kendali."
Dan senyum mengerikan terukir di bibir Xiao Feng.
You Might Also Like: Skincare Lokal Untuk Kulit Tropis
Post a Comment