Drama Abiss! Aku Menatap Foto Lama, Dan Sadar Senyum Kita Dulu Hanyalah Topeng

Layar ponselku berkedip, menampilkan notifikasi usang. Pukul 02:27. "Sedang mengetik…" Abadi. Seperti hatiku yang terjebak di labirin sinyal hilang. Aku menatap foto itu. Kita, tertawa di bawah langit abu-abu yang kini hanya kurindukan. Senyum kita... terasa asing. Seperti properti teater yang dipinjamkan sejenak untuk sebuah drama yang gagal.

Dulu, aku pikir cinta kita seperti algoritma sempurna. Rumus yang bisa memprediksi hari esok. Tapi hari esok tak pernah datang. Hanya ada esok yang usang, dipenuhi janji-janji yang berkarat.

Kamu, dengan tatapan INTENS dari masa lalu. Aku, dengan harapan futuristik yang hancur berkeping-keping. Kita seperti dua radio yang mencari frekuensi yang sama, tapi terpisah oleh dimensi waktu. Aku mendengar gema tawamu di balik bisingnya koneksi 4G yang tersendat. Kamu merasakan sentuhan jariku di layar retak ponselmu, seperti hantu yang mencoba menyentuh mimpi.

Dulu, aku mengirimimu puisi. Sekarang, hanya screenshot obrolan lama yang kubaca berulang-ulang. Seperti mantra, berharap kata-kata itu bisa memutar balik waktu. Tapi waktu tak bisa dilawan. Waktu adalah dinding beton, dan cinta kita hanyalah grafiti yang perlahan terkelupas.

Aku tahu, pada akhirnya, kita adalah dua jiwa yang SALAH TEMPAT. Kamu seharusnya hidup di era surat cinta dan pertemuan di bawah rembulan. Aku seharusnya mencari cintaku di antara bintang-bintang dan kota-kota terapung. Tapi kita bertemu di sini. Di tengah dunia yang amburadul, di mana cinta hanyalah emoji dan swipe tanpa makna.

Lalu, datanglah kesadaran yang membakar. Foto itu… bukan hanya tentang kita. Itu tentang mereka. Mereka yang pernah hidup sebelum kita. Dua kekasih yang bernasib sama, terjebak dalam lingkaran tak berujung. Kita hanyalah reinkarnasi dari cinta mereka yang tak pernah selesai. Sebuah elegi yang terus diulang, di era yang berbeda, dengan wajah yang berbeda. Senyum kita? Bukan kebahagiaan. Bukan pula kesedihan. Hanya topeng. Sebuah simulacrum dari emosi yang pernah ada.

Dan rahasia itu terungkap saat sinyal ponselku akhirnya lenyap. Ketika notifikasi terakhir berkedip, sebuah kalimat muncul di benakku. Sebuah pesan terakhir, sebelum dunia benar-benar padam...

Jangan pernah lupakan ECHO itu, karena mungkin itu adalah satu-satunya yang tersisa dari kita.

You Might Also Like: 125 What Businesses Does Deion Sanders

OlderNewest

Post a Comment