Dracin Seru: Aku Mencintaimu Bahkan Saat Dunia Bilang Kita Tak Pantas

Aku Mencintaimu Bahkan Saat Dunia Bilang Kita Tak Pantas

Aula emas Istana Naga membentang luas, diterangi ribuan lilin yang menari-nari di atas dinding berpahatkan naga perkasa. Di sinilah, di jantung kekuasaan, intrik dan rahasia bersemi subur bagai jamur di musim hujan. Tatapan tajam para pejabat istana mengawasi setiap gerak-gerik, setiap bisikan pengkhianatan tersembunyi di balik tirai sutra yang lembut. Aroma dupa cendana bercampur dengan aroma kematian yang tak kasat mata.

Di tengah pusaran kekuasaan ini, tumbuhlah cinta yang terlarang. Pangeran Jian, putra mahkota yang gagah berani dan penuh ambisi, jatuh hati pada Bai Lian, seorang pelayan istana yang cerdas dan berani. Cinta mereka bagai nyala lilin di tengah badai—terang namun rapuh, penuh gairah namun terancam padam setiap saat.

"Lian'er," bisik Jian di taman rahasia istana, tempat mereka mencuri waktu untuk bertemu. "Aku bersumpah, aku akan melindungimu, walau dunia membenci kita."

Lian menatapnya dengan mata berbinar. "Pangeran, cinta kita... ini adalah PERMAINAN takhta. Setiap janji bisa menjadi pedang yang menusuk kita."

Dan benar saja, cinta mereka menjadi bidak dalam permainan para petinggi istana. Selir Mei, wanita paling berpengaruh setelah Permaisuri, melihat Lian sebagai ancaman. Ia menyebarkan fitnah, merencanakan kejahatan, berusaha memisahkan Jian dan Lian dengan segala cara.

Jian, dibutakan oleh cinta dan ambisi, mulai meragukan Lian. Ia terperangkap dalam jaring intrik yang rumit, tidak menyadari bahwa orang yang paling ia cintai sedang berjuang sendirian untuk menyelamatkan hubungan mereka.

Lian, dengan kecerdasannya yang luar biasa, menemukan bukti pengkhianatan Selir Mei. Namun, sebelum ia bisa membawanya ke hadapan Kaisar, ia dijebak dan dituduh melakukan pengkhianatan.

Di hadapan pengadilan istana yang megah namun menghakimi, Jian berdiri membisu. Ia tidak bisa membela Lian karena takut reputasinya tercoreng, takut tahtanya terancam. Lian, dengan tatapan patah hati namun tegar, menerima hukumannya—hukuman mati.

Saat pedang algojo diangkat, Lian memejamkan mata. Namun, pedang itu tidak pernah mengenainya. Tiba-tiba, seruan menggema di seluruh aula: "BERHENTI!"

Muncul dari kegelapan, seorang wanita berpakaian serba hitam, wajahnya tertutup cadar. Ia membuka cadarnya, mengungkap wajah yang familiar—Bai Lian.

"Kalian semua telah salah menilaiku," ucap Lian dengan suara yang dingin namun penuh wibawa. "Aku bukan hanya pelayan istana. Aku adalah putri dari Jenderal Bai, pemimpin pasukan paling setia Kerajaan ini. Aku datang ke sini bukan untuk merebut tahta, tetapi untuk mengungkap pengkhianatan yang telah merusak istana ini."

Dengan bukti yang tak terbantahkan, Lian membongkar kejahatan Selir Mei dan para pengkhianat lainnya. Jian, diliputi penyesalan dan rasa bersalah, berlutut di hadapannya.

"Lian'er, maafkan aku. Aku telah buta..."

Lian menatapnya dengan tatapan yang sulit dibaca. "Cinta adalah kelemahan, Pangeran. Dan kelemahan tidak punya tempat di istana ini."

Keesokan harinya, Selir Mei dan para pengkhianat dieksekusi. Jian diturunkan dari tahta. Lian, dengan dukungan pasukan ayahnya, naik ke tampuk kekuasaan—bukan sebagai Ratu, tetapi sebagai penguasa tunggal Kerajaan Naga.

Balas dendamnya terasa elegan, dingin, dan mematikan. Ia telah membuktikan bahwa yang lemah pun bisa menjadi kuat, bahwa cinta pun bisa menjadi senjata yang paling mematikan.

Dan di balik tirai sutra yang lembut, sejarah baru saja menulis ulang dirinya sendiri, SELAMANYA!

You Might Also Like: Drama Baru Kau Tersenyum Di Balkon

Post a Comment