Kisah Populer: Aku Berjanji Takkan Menangis, Tapi Air Mata Tak Tahu Cara Berhenti

Aku Berjanji Takkan Menangis, Tapi Air Mata Tak Tahu Cara Berhenti

Kabut pagi menyelimuti Danau Bulan Sabit, sama halnya dengan kebohongan yang menyelimuti hati Lin Mei. Ia, pewaris tunggal Keluarga Zhang yang terhormat, hidup dalam sangkar emas yang dibalut sutra, namun dipenuhi duri. Senyumnya adalah topeng yang sempurna, menyembunyikan rahasia kelam yang jika terungkap, akan meruntuhkan seluruh dinasti keluarganya.

Di sisi lain, ada Bai Jin, seorang pelukis jalanan dengan mata setajam elang. Ia menyimpan dendam membara atas kematian orang tuanya, sebuah kejadian yang ditutupi oleh Keluarga Zhang bertahun-tahun lalu. Bai Jin kembali ke kota itu, bukan untuk mencari kekayaan, melainkan KEBENARAN, dan balas dendam.

"Lukisanmu indah," kata Lin Mei suatu pagi, suaranya selembut bisikan angin. Ia berdiri di depan Bai Jin, mengagumi sapuan kuasnya yang menggambarkan danau yang sama, namun dengan aura yang berbeda. Aura kesedihan.

"Keindahan seringkali menipu," jawab Bai Jin, tanpa menatapnya. Matanya hanya tertuju pada kanvas, namun pikirannya dipenuhi rencana. Ia tahu, Lin Mei adalah kunci. Kunci menuju kebenaran yang ia cari.

Perlahan, Bai Jin memasuki kehidupan Lin Mei. Ia menjadi teman, kemudian menjadi lebih dari itu. Lin Mei, yang selama ini hidup dalam kesendirian, menemukan kehangatan dalam senyum Bai Jin. Ia merasa aman, seolah telah menemukan rumah yang selama ini hilang. Namun, di balik kehangatan itu, Bai Jin terus menggali, mencari celah dalam dinding kebohongan yang mengelilingi Lin Mei.

Dinamika mereka bak tarian di atas bara. Lin Mei mencintai Bai Jin, namun takut mengungkap kebenaran. Bai Jin mencintai Lin Mei, namun dendamnya lebih membara. Setiap sentuhan, setiap tatapan, dipenuhi keraguan dan harapan.

Konflik semakin menekan ketika Bai Jin menemukan bukti kuat yang mengarah pada keterlibatan Keluarga Zhang dalam kematian orang tuanya. Ia berhadapan dengan Lin Mei, menuntut penjelasan.

"Katakan padaku, Lin Mei! Apakah mereka terlibat? Apakah ayahmu bertanggung jawab atas kematian mereka?"

Lin Mei terdiam. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. Ia tahu, kebenaran akan menghancurkan segalanya. Tapi ia tak bisa lagi berbohong.

"Iya," bisiknya lirih. "Ayahku...ayahku yang melakukannya."

DUNIA Lin Mei runtuh. Ia telah mengkhianati Bai Jin, orang yang ia cintai, dengan menyembunyikan kebenaran. Bai Jin memandang Lin Mei dengan tatapan yang sulit diartikan. Ada cinta, ada kekecewaan, dan ada DENDAM yang tak terhindarkan.

Puncaknya tiba saat Bai Jin mengungkap kebenaran ke hadapan publik. Reputasi Keluarga Zhang hancur berkeping-keping. Ayah Lin Mei, yang selama ini bersembunyi di balik kekuasaan, ditangkap dan diadili. Lin Mei kehilangan segalanya: keluarga, kehormatan, dan yang terpenting, Bai Jin.

Balas dendam Bai Jin telah selesai. Namun, kemenangan itu terasa pahit. Ia telah menghancurkan wanita yang ia cintai. Ia telah mengorbankan kebahagiaannya sendiri demi membalas dendam.

Beberapa tahun kemudian, Lin Mei berdiri di tepi Danau Bulan Sabit. Ia tersenyum tipis, senyum yang menyimpan perpisahan abadi. Ia telah memaafkan Bai Jin, namun ia tak bisa memaafkan dirinya sendiri. Ia telah menghancurkan terlalu banyak hati.

Ia melangkah maju, menuju kedalaman danau.

KEHENINGAN.

Bai Jin tidak pernah melukis lagi. Ia hanya duduk di tepi danau setiap pagi, menatap kabut yang menyelimuti permukaannya. Ia tahu, ia telah membunuh cintanya sendiri. Ia telah membalas dendam, namun ia kehilangan segalanya.

Di tangannya, tergenggam sebuah sapu tangan dengan bordiran bunga plum. Hadiah terakhir dari Lin Mei.

"Aku berjanji takkan menangis," bisiknya pada angin. "Tapi air mata tak tahu cara berhenti."

Apakah kebahagiaan sejati akan pernah ditemukan setelah sebuah kebohongan besar terungkap?

You Might Also Like: 0895403292432 Cari Skincare Aman Ini

Post a Comment