Hujan berbisik di atas nisan marmer putih. Setiap tetesnya adalah air mata yang tak pernah selesai mengalir, membasahi tanah tempat Ji-hyun berbaring. Aku duduk di sini, di tengah sunyi yang MENYAYAT, dengan pena di tangan dan hati yang remuk redam. Surat-surat ini, ku tulis setiap malam, berharap angin membawanya ke alam baka, atau mungkin, lewat mimpi.
"Ji-hyun, maafkan aku," baris pertama selalu sama. Maaf karena tidak pernah cukup kuat, tidak pernah cukup cepat untuk menyelamatkannya. Maaf karena kebenaran terkubur bersamanya, di balik senyum terakhirnya yang palsu.
Dulu, Ji-hyun adalah matahari. Tawa riangnya menerangi setiap sudut ruangan, semangatnya tak pernah padam. Tapi kemudian, awan gelap datang, menyelimutinya dengan misteri dan kesedihan yang mendalam. Ia meninggal dalam kecelakaan tragis, namun bisik-bisik menyebutkan hal lain. Racun. Pengkhianatan. Dan sebuah kebenaran yang ia bawa serta ke liang lahat.
Malam-malamku diisi dengan bayangan Ji-hyun. Bukan bayangan menakutkan, melainkan bayangan yang MERINDU. Ia berdiri di sudut kamar, menatapku dengan mata yang penuh pertanyaan. Ia tidak berbicara, hanya diam. Namun kehadirannya terasa begitu kuat, begitu nyata. Seolah ia ingin menyampaikan sesuatu, sebuah pesan yang belum tersampaikan.
"Aku tahu kamu di sini, Ji-hyun," bisikku, menatap bayangan itu. "Aku tahu kamu belum tenang."
Aku mulai menyelidiki kematiannya. Setiap petunjuk, setiap bisikan, ku kumpulkan dengan hati-hati. Semakin dalam aku menggali, semakin jelas bahwa ini bukan kecelakaan biasa. Ada konspirasi, ada kebohongan, dan ada seseorang yang sangat ingin kebenaran ini TERKUBUR selamanya.
Di tengah penyelidikan, aku bertemu dengan roh-roh lain. Arwah penasaran yang terperangkap di antara dunia, menunggu keadilan, menunggu pembalasan. Mereka memberiku petunjuk, membimbingku dalam kegelapan. Mereka adalah saksi bisu dari kejahatan yang terjadi.
Namun, semakin mendekati kebenaran, aku menyadari sesuatu yang MENGEJUTKAN. Ji-hyun tidak menginginkan balas dendam. Ia tidak ingin menghancurkan orang-orang yang telah menyakitinya. Yang ia inginkan hanyalah kedamaian. Ia ingin kebenaran terungkap bukan untuk menuntut pembalasan, melainkan untuk membebaskan dirinya, untuk membebaskan kami semua dari beban masa lalu.
Surat terakhirku kutulis di bawah rembulan purnama. Ku tulis semua yang telah aku temukan, semua kebenaran yang telah ku ungkap. Ku tulis juga tentang kedamaian yang akhirnya kurasakan, tentang penerimaan bahwa Ji-hyun telah pergi, namun semangatnya akan selalu hidup dalam hatiku.
Aku letakkan surat itu di atas nisannya, membiarkan angin membawanya terbang. Aku merasakan kehadiran Ji-hyun di dekatku, lebih kuat dari sebelumnya. Ia tidak lagi menatapku dengan mata penuh pertanyaan, melainkan dengan tatapan yang penuh dengan cinta dan KELEGAAN.
Pencarianku berakhir. Misteri kematian Ji-hyun telah terpecahkan. Dan akhirnya, aku mengerti. Tujuan perjalananku bukan untuk mencari pembalasan, tapi untuk menemukan kedamaian.
Dan di sana, di tengah sunyi malam, di bawah rembulan yang pucat, aku merasakan senyum Ji-hyun, seolah arwah itu baru saja tersenyum untuk terakhir kalinya…
You Might Also Like: 0895403292432 Jualan Skincare Supplier
Post a Comment